Saturday, November 19, 2011

Tentang AKTUAL


Mengupas Kisah di Balik Gedung Merdeka
Mengupas Kisah di Balik Gedung Merdeka
       Dibuat Oleh :
         R. Himan Haryo Teguh D.
         Fidela Zulkarnaen Abdullah
         Cut Naifa Ufaira Polem
         Tasya Andari Putri
         Nadira Istirahmah
         A. Langit Merah Saga S. Laiyya
       Haris Fauzan Saleh
       Astry Tamara Syafii
       Alif Fakhri Naufal
       Nauriezkha Aprillyano
Kegiatan Selama AKTUAL
Pada tanggal 25 Oktober 2011 kami  pergi ke Gedung Merdeka, Bandung untuk melaksanakan AKTUAL
Pada pukul 06.00 pagi kami melakukan apel pagi untuk pembukaan AKTUAL, dan ketika pukul  07.00 kami berangkat ke Bandung
Sekitar pukul 09.30 kami sampai di Gedung Merdeka
Kami melakukan observasi selama 2 jam, dan kurang lebih pukul 11.45 kami selesai melakukan observasi
Setelah itu kami menuju ke Saung Mang Udjo, untuk menyaksikan pertunjukkan angklung serta mengenal Kebudayaan Indonesia
Lalu, dalam perjalanan pulang kami berhenti di kilometer 97 untuk shalat ashar di masjid Al-Mi’raj dan foto bersama
Lalu kami melanjutkan perjalanan pulang
Latar Belakang Konferensi Asia Afrika
Konflik berawal pada lahirnya 2 blok kekuatan yang bertentangan secara idiologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur
Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat (NATO)
Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet (Pakta Warsawa)
Kedua blok berusaha menarik perhatian negara-negara di Asia dan Afrika untuk menjadi pendukung mereka
Hal ini mengakibatkan tumbuhnya suasana permusuhan atau perang dingin
Untuk menyelesaikan konflik tersebut maka diadakan Konferensi Kolombo dan kemudian di susul oleh Konferensi Bogor, yang merupakan konferensi pengagas KAA
Pelopor berdirinya Konferensi Asia Afrika adalah Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo
Perang Dingin
 Blok Barat VS Blok Timur
Konferensi Kolombo
Gagasan untuk melaksanakan Konferensi Asia Afrika pertama kali dicetuskan pada Konferensi Kolombo
Konferensi Kolombo dilaksanakan pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 di Kolombo, Sri Langka
Konferensi ini membahas tentang konflik Indo-China
Dihadiri oleh lima perdana menteri yaitu Ali Sastroamidjoyo (Indonesia), Shri Pandit Jawaharlal Nehru (India), U Nu (Birma), Ali Jinnah (Pakistan), Sir John Kotelawala (Sri Langka)
 Konferensi Kolombo
Konferensi Bogor
Konferensi Bogor atau Konferensi Pancanegara dilaksanakan pada tanggal 28-29 Desember 1954
Konferensi ini menghasilkan beberapa rumusan yaitu menetapkan bahwa konferensi Asia Afrika dilakukan di Bandung dan diikuti oleh 30 negara
Konferensi ini juga membahas tentang persiapan pelaksanaan Konfernsi Asia dan Afrika
Konferensi Bogor
Tujuan Konferensi Asia Afrika
Untuk menghapuskan segala bentuk penjajahan
Untuk memjukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika
Mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili
Mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika
Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika guna memajukan perdamaian serta kerjasama di dunia
Negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika
1.   Indonesia
2.  Afghanistan
3.  Kamboja
4.  RRC/China
5.  Mesir
6.  Ethiopia
7.  India
8.  Filiphina
9.  Birma
10. Pakistan
11. Sri Langka
12.Vietnam Utara
13 Vietnam Selatan
14.Saudi Arabia
15. Yaman
16. Syiria
17. Thailand
18. Turki
19. Irak
20. Iran
21. Sudan
22. Laos
23. Libanon
24. Liberia
25. Ghana
26. Yordania
27. Jepang
28. Nepal
29. Afrika Tengah
Negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika
Dekolonialisasi  Asia-Afrika
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan pada 18 April-24 April 1955
Pada hari Senin, 18 April 1955 sekitar pukul 08.30 para delegasi datang ke Gedung Merdeka dengan berjalan kaki.
Perjalanan para delegasi disebut juga dengan langkah bersejarah
Pada pukul 10.20 Presiden Soekarno memberikan pidato pembukaan yang berjudul ‘A New Asia and Africa Be Born’
Pada pukul 10.45 Presiden Soekarno mengakhiri pidatonya
Pelaksanakan Konferensi Asia Afrika
Sistem persidangan yang digunakan adalah sidang terbuka untuk umum dan sidang tertutup untuk hanya bagi peserta konferensi.
Susunan pimpinan konferensi:
               
Ketua Konferensi    : Mr. Ali Sastroamidjoyo, Perdana Menteri Indonesia
      
Ketua Komite Politik  : Mr. Ali Sastroamidjoyo, Perdana Menteri Indonesia
Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia
Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin, Menteri Pendidikan,Pengajaran, dan kebudayaan Indonesia
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika
Pada pukul 19.00 pada tanggal 24 April 1955 Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka
Di dalam Sidang Umum, konferensi rumusan pernyataan dari tiap-tiap panitia dibacakan oleh sekertaris jendral konferensi
Kemudian sidang dilanjutkan dengan sambutan para ketua delegasi
 Setelah itu ketua konferensi menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika ditutup
Hasil dari Konferensi Asia Afrika dinamakan dengan Dasa Sila Bandung
Dasa Sila bandung yaitu suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerjasama dunia
Pelaksanaan KAA pada tahun 1955
Dasa Sila Bandung
1.   Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB
2.  Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa-bangsa
3.  Mengakui persamaan semua suku-suku bangsa dan persamaan semua bangsa-bangsa besar maupun kecil
4.  Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal dalam negeri negara lain
5   Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk
     mempertahankan diri sendiri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB
6. A.Tidak mempergunakan peraturan -peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar
      B.Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara
8. Menyelesaikan segala perselisihan-perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hakim atau pun lain-lain cara damai lagi menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama.
10. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional
Perjalanan Sejarah Hasil KAA 1955
        Dalam perjalanan sejarahnya hasil dari kesepakatan KAA 1955 adalah Merdekanya negara-negara peserta KAA 1955 itu beberapa tahun kemudian (lihat map), kemudian dikuti di proklamasikannya ke-Merdekaan bangsa–bangsa lain di seluruh penjuru dunia sampai dengan tahun 2000.
         Hasil penting lain adalah terbentuknya Gerakan Non Blok, yaitu suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap Blok kekuatan besar apapun.
        Gerakan Non-Blok didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar yang disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 1955 yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung
        Selain itu tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok"
Perjalanan Sejarah Hasil KAA 1955
        Dalam perjuangannya Gerakan Non Blok  menentang Imperialisme, Kolonialisme, neo- Kolonialisme, Apartheid, Zionisme, Rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau Hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.
        Pendiri dari gerakan ini adalah lima pemimpin dunia: Josif Broz Tito presiden Yugoslavia, Soekarno  presiden Indonesia, Gamal Abdel Nasser presiden Mesir, Pandit Jawaharlal Nehru perdana menteri India, dan Kwame Nkrumah dari Ghana.
        Terdapat 14 kali KTT GNB :  KTT I – Belgrade 1961, KTT II – Kairo 1964, KTT III – Lusaka 1970, KTT IV – Algier 1973, KTT V – Kolombo 1976, KTT VI – Havana 1979, KTT VII – New Delhi 1983, KTT VIII – Harare 1986, KTT IX – Belgrade 1989, KTT X –  Jakarta 1992, KTT XI – Cartagena de Indias 1995, KTT XII – Durban 1998, KTT XIII –  Kuala Lumpur 2003 dan KTT XIV – Havana 2006.
         Sangat disayangkan dengan berlalunya zaman GNB kini tampak semakin tidak mempunyai relevansi sejak berakhirnya Perang Dingin. Akan tetapi benarkah begitu…?
Perjalanan Sejarah Hasil KAA 1955
       Sebagai salah satu pendiri GNB, maka Indonesia terdorong untuk membuktikan bahwa GNB masih sangat relevan pada abad ke-21 tetapi pada saat yang sama juga merasa bahwa GNB harus berubah.
      GNB sebagai sebuah gerakan , harus terus bergerak ditengah-tengah dinamika dunia internasional saat ini. Apa yang telah menjadi tema perjuangan GNB sejak 1961 sampai tahun 1990 masih tetap relevan karena muncul tantangan baru .
      Tantangan yang dimaksud dewasa ini antara lain adalah isu menonjol yang terkait dengan masalah terorisme, merebaknya konflik intra dan antar negara, pelucutan senjata, serta dampak globalisasi di bidang ekonomi dan informasi teknologi. 
      Peperangan dan masalah antar negara tersebut terjadi bukan karena persaingan ideologi tetapi justru dipicu oleh persoalan-persoalan menyangkut sistem politik, kehidupan ekonomi, kesenjangan ekonomi dan sebagainya.
Perjalanan Sejarah Hasil KAA 1955
     Isu-isu tersebut telah menjadikan GNB perlu menyesuaikan kebijakan dan perjuangannya yang dalam konteks ini GNB memandang perannya tidak hanya sebagai obyek, tetapi sebagai mitra seimbang dan bagian dari solusi masalah dunia.
      Selain itu keberadaan GNB masih relevan, sebagai persatuan yang memiliki sifat penekan terbesar dalam PBB untuk menekan negara adikuasa seperti Amerika Serikat.
Perjalanan Sejarah Hasil KAA 1955
Peta negara-negara non Blok
Gedung Merdeka
Gedung Merdeka atau Gedung Konferensi Asia Afrika terletak di Jalan Asia Afrika no.65 Bandung, Jawa Barat
Gedung ini didirikan oleh seorang arsitek Belanda yang bernama Van Galenlast dan C.O Wolf Shoomaker
Keduanya adalah guru besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi) yang sekarang bernama ITB (Institut Teknologi Bandung)
 Gedung ini memiliki luas sekitar 7.500 m²
Gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto dan Prof.Dr.Ali Sastro Amijoyo pada tanggal 24 April 1980
Gedung ini juga mengalami beberapa kali perubahan
Gedung Merdeka
Gedung Merdeka kental sekali dengan nuansa art deco
Gedung ini juga bisa dijadikan museum yang bertujuan untuk mengabadikan, melestarikan, dan menyebarluaskan tentang Konferensi Asia Afrika, serta sebagai sarana pariwisata dan rekreasi
Dalam gedung ini juga terdapat peninggalan-peninggalan dari Konferensi Asia Afrika, seperti rekaman suara asli pidato Presiden Soekarno, naskah-naskah KAA asli, Dasasila Bandung, kumpulan sejarah KAA, foto gedung KAA dari masa ke masa, peninggalan-peninggalan benda, dll
Gedung ini juga memiliki ruang utama yang sangat bersejarah
Gedung Merdeka
Ruang Utama Gedung Merdeka
Dahulunya ruang utama digunakan untuk rapat dan konferensi penting
Tetapi pada masa kini ruang utama digunakan untuk pelantikan Gubernur atau Walikota Bandung, Jawa Barat
Selain itu dapat juga digunakan untuk studi lapangan dan penelitian
Keadaan Ruang Utama
Di ruang utama terdapat foto Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beserta wakilnya  Budiono
Lambang Negara Burung Garuda
Kelima kursi yang berada di atas panggung yang dahulunya merupakan tempat duduk dari para pelopor Konferensi Asia Afrika
Mimbar yang dahulunya merupakan tempat Presiden Soekarno berpidato
Tempat duduk yang jumlahnya banyak yang digunakan sebagai tempat duduk para perwakilan  negara yang diundang
Bendera-bendera dari negara-negara peserta KAA
Balkon yang dahulu digunakan sebagai tempat bagi para wartawan untuk meliput secara langsung peristiwa KAA
Gong perdamaian negara-negara Asia-Afrika
Gedung Merdeka pada tahun 1895
Pada tahun 1895 Gedung KAA bernama Sociëteit Concordia yang berfungsi untuk tempat berkumpulnya orang-orang Belanda yang berada di Bandung dan sekitarnya
Mereka mendirikan sebuah perkumpulan yang bernama Societeit Concordia pada tanggal 29 Juni 1879 yang bertujuan yaitu “…… de bevordering van gezeling verkeer”
Sebelumnya mereka biasa berkumpul di Warung De Vries, kemudian mereka berpindah tempat ke gedung yang berada di seberang Warung De Vries yang diberi nama Concordia
Gedung Merdeka pada tahun 1895
Gedung Merdeka pada tahun 1921
Pasa tahun 1921 Gedung Sociëteit Concordia dibangun kembali dengan gaya arsitektur yang jauh lebih bagus dan mewah dari pada sebelumnya
Gedung ini menjadi lebih megah dengan gaya arsitektur art deco yang dirancang oleh C.O Wolf Shoomaker dan Van Galenlast
Gedung Merdeka pada tahun 1921
Gedung Merdeka pada tahun 1940
Pada masa pendudukan tentara Jepang, Gedung Sociëteit berganti nama menjadi Dai Toa Kaikan yang difungsikan sebagat pusat kebudayaan
Setelah proklamasi gedung tersebut dijadikan markas para pemuda Indonesia di Bandung untuk mengahdapi tentara Jepang yang tidak bersedia menyerahkan kekuasaannya
Sekitar tahun 1949, Gedung Sociëteit Concordia diperbaiki dan difungsikan kembali sebagai tempat pertemuan orang-orang Eropa(termasuk beberapa orang Indonesia)
Gedung Merdeka pada tahun 1940
Gedung Merdeka pada tahun 1955
Pada tahun 1955 gedung merdeka merupakan tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika sesuai dengan keputusan pemerintah Indonesia
Hal ini disebabkan gedung tersebut adalah gedung tempat pertemuan umum yang paling besar dan paling megah di Bandung selain itu lokasinya berada di tengah-tengah kota dan berdekatan dengan hotel terbaik yaitu Hotel Savoy Homann dan Preanger
 Menjelang KAA dimuali lebih tepatnya pada tanggal 7 April 1955 presiden Soekarno mengganti nama Gedung Sociëteit menjadi Gedung Merdeka.
Gedung Merdeka pada tahun 1955
Kesimpulan
       Konferensi Asia Afrika lahir karena adanya kolonialisme dan imperialisme di kawasan Asia-Afrika. Konferensi Asia-Afrika dilaksanakan 19 April 1955 di Bandung.
       Konferensi ini diadakan berdasarkan hasil dari persetujuan 5 negara sponsor (Birma, Ceylon, India, Indonesia, dan Pakistan) pada konferensi Bogor.
      Konferensi  Asia-Afrika bertujuan untuk mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme dan imperialisme. Konferensi ini menghasilkan Dasasila Bandung.
       Hasil penting dari KAA 1955 ini adalah Merdekanya negara-negara peserta konferensi tersebut beberapa tahun kemudian diikuti oleh pendirian Gerakan Non Blok yang berdasarkan prinsip Dasasila Bandung  pada KTT GNB I tahun 1961 di Belgrade, Yugoslavia.
.
Kesimpulan
        Indonesia selain sebagai pemprakarsa juga sangat aktif berperan didalam gerakan dunia (Gerakan Non Blok) tersebut hingga saat ini, meskipun masa perang dingin telah berakhir GNB masih tetap relevan karena keterbelakangan serta kesenjangan ekonomi dan pembangunan masih tetap menjadi permasalahan saat ini
        Ilmu yang kami dapatkan dari perjalanan kami ke gedung merdeka adalah kita sebagai warga negara Indonesia harus bekerjasama secara diplomasi  yang bermartabat untuk mencapai kesepakatan dan kerjasama Politik, Sosial, Budaya serta Ekonomi dengan harapan untuk mencapai tatanan dunia yang lebih damai, adil dan sejahtera.
Slideshow KAA 1955
Terimakasih Atas perhatiannya!

No comments:

Post a Comment